Rabu, 12 Maret 2014

hubungan yang erat (relationship)



KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayahnNya, sehingga makalah yang berjudu “ Hubungan yang Erat (Relationship) ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan  kepada Rasullah SAW, sahabat, dan keluarga beliau sekalian.
Makalah ini menjelaskan, tentang Hubungan yang Erat, yang meliputi : keluarga, pertemanan, cinta dan pernikahan bagi hampir semua orang, pengetahuan mengenai faktor-faktoryang mendasari keberhasilan dan kegagalan hubungan hampir pasti merupakan hal yang diminati masing-masing dari kita.
Mudah-mudahan makalah ini berguna hendaknya bagi para pembaca, terutama bagi saya sendiri. Semoga kita semua mendapat hidayah dari-Nya. Amin..


                                                                                                              Penulis
                                                                                                     Padang, Maret 2013









DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................1
Daftar isi................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..........................................................................3
B.     Tujuan.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hubungan yang Erat (Relationship).......................4
B.     Daya Tarik Sosial......................................................................8
C.     Pengungkapan Diri...................................................................8
D.    Cinta.........................................................................................9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...............................................................................12
B.     Saran.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................13








BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG

Mengingat pentingnya keluarga, pertemanan, cinta dan pernikahan bagi hampir semua orang, pengetahuan mengenai faktor-faktoryang mendasari keberhasilan dan kegagalan hubungan hampir pasti merupakan hal yang diminati masing-masing dari kita. Ilmu pengetahuan mengenain hubungan secara aktif dikejar di berbagai tempat di dunia, dan hal ini melintasi bidang-bidang pennelitian tradisional, termasuk spikologi sosial, perkembangan dan klinis.


B.     TUJUAN

Setelah mempelajari pembahasan tentang Hubungan yang Erat (Relationship), diharapkan rekan-rekan semua dapat mengetahui apa yang diketahui mengenai dua jenis hubungan saling ketergantungan (interpendent relationship), di dalam keluarga dan yang melibatkan pertemanan. Berikutnya kita melihat hubungan romantis dan pernikahan, serta topik terakir yaitu tentang cinta dan macam-macamnya.










BAB II
PEMBAHASAN

HUBUNGAN YANG ERAT (RELATIONSHIP)
A.     PENGERTIAN HUBUNGAN YANG ERAT (RELATIONSHIP)

Dalam kamus lengkap psikologi, James. P Chaplin, hubungan (relation) mempunyai arti:
1.      Sebarang koneksi atau petalian antara dua variable sedemikian rupa hingga variasi pada satu variabel akan disertai variasi pada variabel lainnya.
2.      Satu situasi ketergantungan antara dua variabel sedemikian rupa hingga yang satu merupakan kondisi antesedan (bagian yang mendahului) bagi yang lainnya.

1.    Hubungan Saling Ketergantungan dengan Keluarga dan Teman
Elemen yang umum dari semua hubungan akrab adalah saling ketergantungan (interdependence), suatu asosiasi interpersonal dimana dua orang secara konsisten mempengaruhi kehidupan satu sama lain, memusatkan pikiran dan emosi mereka terhadap satu sam lain, dan secara teratur terlibat dalam aktivitas bersama sebisa mungkin. Hubungan akrab dengan teman, anggota keluarga dan pasangan hidup juga meliputi elemen komitmen (Fehr,1999). Saling ketergantungan terjadi melintasi kelompok-kelompok usia dan melampaui jenis-jenis interaksi yang cukup berbeda. Pentimngnya membentuk ikatan dengan orang lain digarisbawahi oleh Ryff dan Singer (2000, hal, 30) yang menyatakan , “ikatan yang berkualitas dengan orang lain seara universal didukung sebagai pusat dari kehidupan yang optimal.”
Ø  Keluarga Sebagai Hubungan yang Pertama
Sebagian besar interaksi orang tua-anak memiliki implikasi masa depan karena keluarga adalah tempat masing-masing dari kita belajar bagaiman berhubungan dengan orang lain . Dissanayake (2000) menyatakan bahwaketika kita dating ke dunia, kita sudah siap untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Selama tahun pertama dari hidup, bayi manusia sangat sensitive terhadap suara-suara tertentu, ekspresi  muka, dan gerakan tubuh
a.    Interaksi Orang Tua dan Keturunan Mereka
Para ibu, ayah, kakek, nenek, dan orang lain dalam keluarga berinterksi dengan berbagai macam caradengan bayi, anak kecil, anak-anak,dan remaja. Sifat dari interaksi tergantung pada karakteristik kepribadian dari orang-orang yang berinteraksi dengan generasi yamg muda (Clark. Kochansca, & Ready, 2000). Contohnya, efek dari ibu yang keibuan dan mudah bergaul bisa jadi berbeda dengan ibu yang menyendiri dan dingin.
Sejalan dengan bayi beranjak menjadi anak-anak dan kemudian menjadi remaja, menjadi orang tua dapat menjadi tantangan. Hingga derajat tertentu , keyakinan bahwa relasi oang tua-anak mlebih tidak menyenangkan ketika pubertas muncul tampak tepat. Akan tetapi, di ;uar kebenaran yang umum ini, sebagian besar remaja menyatakan perasaan yang sangat positif mengenai orang tua mereka, meskipu mereka tidak lebih dekat dan tidak lebih tergantung pada orang tua mereka (Galambos,1992). Hubungan yang meyenangkan dan memuaskan di dalam keluarga diasosiasikan dengan kemampuan untuk mengalami empati, rasa percaya diriyang tinggi, dan kepercayaan interpersonal.
Interaksi di dalam keluarga tidak hanya dipengaruhi oleh factor genetis dan karakteristik kepribadian, namun juga oleh budaya.
b.    Hubungan antara  Kakak Beradik
Hubungan antara kakak beradik berbeda dari hubungan antar orang tua dan anak-anak mereka , dan sering kali merupakan kombinasi antara perasaan saying, benci, dan persaingan (Boer dkk,1997). Suatu kalimat yang sering diulang0ulang oleh kakak beradik adalah versi tertentu dari : ibu seslalu lebih menyukaimu”, tetapi orang tua merasa segan untuk mengakui pilih kasih semacam itu.
Hubungan yang penuh kasih saying antara kaka beradik mungkin terjadi jika setiap anak memiliki hubungan yang hangat dengan masing0masing orang tua, dan jika orang tua mempersepsikan pernikahan secar positif (McGuire, McHale & Updegraff:; Stocker & McHale, 1992). Hubungan kakak beradik penting sebab efek positif atau negative yang diasosiasikan dengan kakak atau adik mungkin saja dibangkitkan lagi berulang-ulang pada interaksi dengan teman-teman sebaya, pasangan romantis, dan pasangan hidup.(Klagsbrun, 1992).
Kakak beradik paling mungkin merasa dekat jika mereka dapat berbagi sikap dan kenagan, saling membela, mengalami pertemanan dan saling menolong untuk mengatasi kesulitan (Floyd, 1996). Bahkan ketika kakak beradik sangat dekat pada saat anak-anak, mereka cenderung tumbuh menjauh pada saat remaja dan dewasa muda. (Rosenthal,1992).akan tetapi, pada saat mereka mencapai usia tenganh baya mereka kembali membina hubungan yang positif.
Ø  Hubungan Diluar Keluarga : Membangun Persahabatan
Dimulai pada masa anak-anak, sebagian besar dari kita membangun pertemanan dengan teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan awal ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang didasarkan pada efek positif (Lydon, Jamieson, & Holmes, 1997). Secara umum memiliki teman adalah positif sebab teman dapa mendorang self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga bisa memiliki efek negative jika mereka anti social, menarik diri, tidak suportif, argumentative atau tidak stabil (Hartup & Stevens, 1999).
a.    Sahabat Versus Hubungan Pertemanan yang Lain
            Dengan demikian  dewasanya kita, persahabatan ( close friend ) memiliki beberapa  karakteristik yang berbeda. Contohnya, orang-orang cenderung menunjukkan perilaku self-enchacing seperti menyombongkan diri dengan bukan sahabat, tetapi mereka lebih mungkin unutk menunjukkan kerendah hatian mengenai keberhasilan mereka ketika berinteraksi dengan sahabat (Tice dkk., 1995). Dan sahabt cenderung menghindari berbohong kepada satu sama lain-kecuali tujuan dari berbohong itu untuk membuat sahabatnya merasa lebih baik (Depaulo & Kashy, 1998).
            Sekali terbangun, suatu hubungan akrab, dibandingkan dengan hubungan biasa, akan mengakibatkan dua individu menghabiskan lebih banyak waktu bersama, berinterakasi satu sama lain pda situasi yang lebih bervariasi, menjadi self-disclosing , saling memberikan dukungan emosional, dan membedakan antara sahaabat dan teman yang lain (Kenney & Kashy, 1994; Laurenceau, Barret, & Pietromonaco, 1998; Parks & Floyd, 1996). Teman biasa adalah seseorang yang menyenangkan untu bersama, sementara sahabat dihargai karena murah hati, sensitif, dan jujur-seseorang yang dapat anda ajak bersantai dan menjadi diri anda sendiri (Urbanski, 1992).
b.    Gender dan Pertemanan
               Perempuan melaporkan memiliki lebih banyak sahabat dari pada laki-laki (Fredrickson, 1995), dan ada keuntungannya memiliki sahabat. Contohnya, kepuasaan kerja, lebig besar pada orang-orang yang memiliki sahabat daripada yang tidak memiliki hubungan semacam itu (Winstead dkk, 1995).
              Bagian jeleknya adalah rasa sakit yang diasosiasikan dengan kehilangann atau terpisah dari teman yang sangat berharga. Contohnya, ketika persahabatan terganggu  oleh kelulusan kuliah, dua individu harus beradaptasi terhadap perpisahan tersebut karena hal ini mengandung ancaman emosional.
              Martin (1997) mengidentifikasi beberapa aspek yang terkait erat dengan gender menjadi karakteristik dari apa yang dibicarakan oleh teman. Dua laki-laki cenderung berbicara tentang perempuan dan seks, terjebak dalam suatu hubungan, olah raga, dan alcohol. Dua perempuan cenderung  berbicara tentang hubungan dengan laki-laki, pakaian, masalah, dengan teman sekamar, dan memberi  atau menerima hadiah.
              Penetialian melaporkan bahwa laki-laki dan perempuan berbada dalam harapan mereka mengenai pertemanan lawan jenis (Bleske-Rechek & Brush, 2001). Contohnya, laki-laki cenderung memulai pertemanan semacamitu jika perempuannya menarik, dan mereka mengharapakan tumbuhnya hubungan yang mengandung unsure seksual.

Ø Hubungan Orang Dewasa dan Gaya Kelekatan
               Konsep kelekatan berasal dari penelitian tentang interaksi bayi dan pengasuhnya. Bowlby mengajukan bahwa  pada saat berlangsungnya interaksi tersebut, anak membentuk kognisi yang terpusat pada dua sikap yang sangat penting yaitu : Evaluasi terhadap diri sendiri (self-esteem) dan social self (terdiri dari belief dan harapan mengenai orang lain.
              Gaya kelekatan orang dewasa memiliki karakteristik sebagai kombinasi dari tingkat self-esteem seseorang dan derajat kepercayaan interpersonal. Dimensi-dimensi positifini menghasilkan empat gaya kelekatan yaitu : aman, menolak , takut-menghindar, dan terpreokupasi.
2.    Hubungan Romantis

               Diantara karakteristik yang menjadi definisi dari hubungan romantis adalah ketertarikan seksual dan hingga derajat tertentu,  dan keintiman fisik, tergantung pada individunya dan apa yang diterima menurut budaya. Keintiman dapat meliputi hanya bergandengan tangan, memeluk, atau berciuman, tetapi juga meliputi interaksi seksual yang lebih  eksplisit.

3.    Pernikahan : Hubungan Akrab yang Paling Utama
               Keberhasilan pernikahan dan kepuasan pernikahan terjadi apabila ada faktor-faktor di bawah ini :
a.  Kesamaan
b. Kesamaan yang diasumsikan
c.  Kepribadian
d. Seks

B. DAYA TARIK SOSIAL
              Kedekatan fisik , kenalan dan kesamaan merupakan satu potensi mekanisme untuk peranan kedekatan fisik dalam daya tarik yang merupakan efek paparan semata (mere exposure  effeck). Semakin sering kita bertemu seseorang atau sesuatu, semakin mungkin kita mulai menyukai orang atau sesuatu tersebut.
C.     PENGUNGKAPAN DIRI
              Percakapan adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ketika seorang kawan mengungkapkan kisah sedihnya di masa lalu, maka kita secara emosional mungkin akan meresa dekat dengannya. Self-disclosure (pengungkapan diri ) adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita berbagi informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain.
              Terkadang kita mengungkapkan fakta tentang diri kita yang tersembunyi , ini disebut pengungkapan deskriptif, tipe pengungkapan opini pribadi dan persaan terdalam , persaan kita kepada orang lain disebut pengungkapan evaluatif, karena penilaian personal terhadap orang lain atau situasi.
              Kita membuka membuka informasi kepada orang karena berbagai alasan. berikut ini beberapa alasan utama dari pengungkapan diri:
·  Penerimaan sosia            l
Kita mengungkapkan informasi tentang diri kita guna meningkatkan penerimaan sosial dan agar kita disukai orang lain.
·  Pengembangan hubungan
Berbagai informasi pribadi dan keyakinan pribadi adalah satu cara untuk mengawali hubungan dan bergerak ke arah intimasi.

·  Ekspresi  diri
Terkadang kita berbicara tentang perasaan kita untuk “melepaskan himpitan di dada”. Mengekspresikan perasaan dapat mengurangi stres.
·  Klarifikasi diri.
Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman pribadi kepada orang lain, kita mungkin mendapatkan pemahaman dan kesadaran yang lebih luas.
·  Kontrol sosial
Kita mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan informasi tentang diri kita sebagai alat kontrol sosial. Misalnya kita mungkin sengaja tidak berbicaratentang diri kita untuk melindungi privasi.
               Meskipun pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan mengembangkan hubungan, ia juga mengandung resiko. Beberaoa resiko yang terjadi saat mengungkapkan diri antara lain :
·  Pengabaian
Terkadang pengungkapan diri kita dibalas dengan pengungkapan diri orang lain dan hubungan pun berkembang. Tetapi terkadang kita menyadari orang laintidak peduli pada pengungkapan dirikita dan sama sekalitidak tertarik  untuk mengenal kita.
·  Penolakan
Informasi tentang diri yang kita ungkapkan mungkin menimbulkan penolakan sosial.
·  Hilangnya kontrol
Ada kebenaran dalam pepatah “pengetahuan adalah kekuasaan”. Terkadang orang memanfaatkan inforamsi yang kita berikan kepada mereka uantuk menyakiti kita atau untuk mengontrol perilaku kita.
·  Pengkhianatan
Ketika kita mengungkapkan informasi persoanal kepada seseorang, kita sering beransumsi, atau bahkan secara tegas meminta agar informasi itu dirahasiakan. Sayangnya terkadang orang itu berkhianat.

D.     CINTA

1.    Pengertian Cinta
          Cinta merupakan terjemahan dari bahasa Inggris love atau dari bahasa Arab al-Hubb atau al-Mahabbah. Cinta dapat dirasakan oleh setiap individu, tetapi tidak menjamin masing-masing individu tersebut mampu mengungkapkan dalam bahasa verbal.
          Al-Ghazali dalam kaitan ini menjelaskan bahwa deskripsi hakikat cinta harus diawali dari mengetahui (makrifah) dan merasakan dengan indera.
          James P Chaplin, seoranbg pakar kamus psikologi mengkodifikasikan arti cinta dalam  lima definisi, yaitu:
1.    Satu perasaan kuat oenuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang biasanya satu komponen seksual.
2.    Satu sentimen dengan sifat karakteristik dominan, yaitu satu perasaan kuat penuh kasih sayang.
3.    Dari psikoanalisi, naluri libidinal atau erotis yang mencari kepuasan atau pemuasan pada satu objek.
4.    Menurut Watson, dengan kekuatan atau kemurkaan, salah satu dari ketiga emosi primer atau emosi yang menjadi sifat asli.
5.    Pendekatan religius,  satu kualitas spiritual dan mistik, yang mempersatukan individu dan Tuhan.
Menurut al-Quran, manusia diciptakan Tuhan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan dan diantara mereka dianugerahkan perasaan cinta dan kasih sayang, dan sudah fitrahnya bahwa manusia ingin dicintai dan mencintai. Tercapainya kebutuhan cinta itu, jika ditunaikan secara benar maka hal itu akan membuat manusia merasa  tenteram, tenang dan bahagia, sebaliknya cinta yang ditunaikan tidak mengikuti prosedur akan mengantar kepada penderitaan.

2.    Macam-Macam Cinta

Ø Cinta Mawaddah adalah jenis cinta yang menggebu-gebu dan membara.
Ø Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi.
Ø Cinta Mail adala jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal lain cenderung kurang diperhatikan.
Ø Cinta Syaghaf adalah cinta yang sangat mendalam , alami, orisinil dan memabukkan.
Ø Cinta Ra’fah yaitu rasa kasih sayang yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran.
Ø Cinta Shobwah yaitu cinta buta, cinta yang mendorang perilaku menyimpang tangpa sanggup mengelak.
Ø Cinta Syauq (rindu)
Ø Cinta Kulfah yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal positif meski sulit.





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

1.    Hubungan yang erat itu meliputi hubungan saling ketergantungan dengan keluarga dan teman, hubungan romantis, dan pernikahan.
2.      Kedekatan fisik, kenalan dan kesamaanmerupakan satu potensi mekanisme untuk peranan dalam kedekatan fisik dalam daya tarik.
3.      Beberapa alasan utama dari pengungkapan diri, yaitu Penerimaan sosial, ekspresi   diri, klarifikasi diri, dan kontrol sosial.
4.      Resiko dalam pengungkapan diri antara lain: pengabaian, penolakan, hilangnya kontrol, dan pengkhianatan.
5.      Menurut al-Quran, manusia diciptakan Tuhan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan dan diantara mereka dianugerahkan perasaan cinta dan kasih sayang, dan sudah fitrahnya bahwa manusia ingin dicintai dan mencintai.
6.      Cinta terdiri dari beberapa macam, yaitu cinta mawaddah, rahmah, mail, syagaf, ra’fah, shobwah, syauq, dan kulfah.

B.     SARAN
          Makalah yang berjudul “Hubungan Yang Erat (Relationship) ini” masih banyak kekurangan-kekurang di sani-sini, baik dari segi pembahasan, maupun dari segi penulisannya. Maka untuk itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun, demi untuk perbaikan ke depannya.







DAFTAR  PUSTAKA

Baron, Robert. A, Donn Byrne,  Social Psychology: terjemahan, Jakarta :  Erlangga , 2005.
Taylor, Sheylley E, Letitia Anne Peplau, David O. Sears, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta: Kencana, 2009.
Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga, Jakarta: Wahana Aksara Prima, 2009.
Mujib, Abdul, Risalah Cinta: Meletakkan Puja pada Puji, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.
Marswendy, Brian, Psikologi Umum: sebuah Pandangan Apresiatif, Jakarta: Salemba Humanika, 2010.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar